“New Year, New Resolution!” Siapa nih yang 1 Januari 2024 kemarin bertekad seperti itu? Membuat resolusi tahunan di momen pergantian tahun merupakan hal wajib bagi sebagian orang, mungkin kamu salah satunya. Awal tahun seolah menjadi momen yang sangat pas bagi kita untuk mulai meninggalkan kebiasaan buruk dan membangun kebiasaan baik. Tapi coba ingat-ingat daftar resolusi kamu di tahun 2022 lalu, berapa banyak sih yang terlaksana? Kalau sebagian besarnya tercapai sih sudah bagus. Tapi kalau tidak ada satupun yang tercapai, untuk apa itu resolusi kalau akhirnya hanya menjadi sebuah wacana! Tahun ini juga paling akan sama saja.
Karena itu, mumpung sekarang kita masih di pekan pertama tahun 2024, masih ada 11 bulan 3 pekan lagi untuk mencapai resolusimu, yuk kita coba evaluasi! Bisa jadi, resolusi kamu terlalu tinggi alias tidak realistis. Bisa jadi kamu hanya FOMO, hanya sekedar ikut-ikutan teman, sekadar buat update di media sosial. Hayo ngaku!
Tapi tenang saja, learner. Kalau resolusi tahunan kamu pernah atau sering tidak tercapai, kamu tidak sendirian. Kamu bukan satu-satunya orang yang gagal dalam mewujudkan resolusi tahunan. Dalam artikel ini, kita akan lebih dulu membahas data statistik tentang tingkat keberhasilan dan kegagalan resolusi tahun baru di Amerika Serikat.
Daftar Isi
Studi Tentang Kegagalan Resolusi
Dilansir dari Discover Happy Habit, sebuah studi pada tahun 2006 menyatakan bahwa 41% dari orang Amerika yang membuat resolusi tahunan, hanya 9% yang berhasil mempertahankannya hingga akhir tahun. Sedangkan studi sebelumnya pada tahun 2007, menyatakan bahwa meskipun di awal ada 52% peserta yang merasa yakin resolusinya akan sukses, nyatanya hanya 12% dari mereka yang benar-benar sukses mencapainya.
Studi tersebut juga menemukan, komitmen dari mereka yang membuat resolusi tahunan, persentasenya semakin menurun dalam 6 bulan pertama
- Setelah 1 minggu membuat resolusi tahunan, 75% orang masih berhasil mempertahankannya
- Setelah 2 minggu, jumlahnya turun menjadi 71% orang.
- Setelah 1 bulan, turun lagi menjadi 64%.
- Setelah 6 bulan, jumlahnya turun menjadi hanya 46% yang masih punya komitmen untuk mempertahankannya.
Dari kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hanya 9-12% orang yang tetap berkomitmen pada resolusi tahunan mereka. Kira-kira apa ya yang membuat resolusi mereka tidak tercapai?
5 Alasan Gagalnya Resolusi, Kamu Yang Mana?
-
Resolusi Terlalu Besar
Salah satu hal yang bisa membuat resolusi gagal adalah kita ingin mencapai sesuatu yang terlalu besar. Membuat perubahan besar dalam setahun memang terdengar keren, ya? Misalnya berat badan turun sekian kilogram atau fasih berbahasa asing. Namun seringkali kita tidak siap dengan konsekuensi untuk mewujudkan perubahan besar tersebut.
Menurut Kowalski, untuk mengubah perilaku, kita harus merasa tidak nyaman sedangkan tidak ada manusia yang ingin merasa tidak nyaman. Untuk membuat perubahan besar, kita perlu berada dalam keadaan yang tidak nyaman dalam jangka waktu yang sangat lama. Agar berat badan turun sekian kilo, kita akan mengalami ketidaknyamanan dalam perubahan pola makan dan pola hidup. Agar fasih berbahasa asing, kita bisa jadi akan kehilangan waktu santai karena digunakan untuk belajar dan berlatih. Tentu saja hal-hal yang belum menjadi kebiasaan tersebut membuat tidak nyaman dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Terri Bly, seorang Psikolog Klinis, sebagai manusia kita tidak terikat untuk membuat perubahan besar dan menyeluruh. Jadi, kita perlu menetapkan resolusi-resolusi yang lebih kecil.
-
Resolusi Terlalu Banyak
Coba kamu evaluasi, apakah daftar resolusi kamu terlalu banyak? Kalau kamu membuat 32 resolusi dalam setahun, pada akhir tahun kamu akan merasa sangat kecewa karena merasa gagal. Apalagi jika semua resolusi yang kamu buat adalah resolusi besar. Paling tidak, prioritaskan hanya 3 resolusi di awal tahun, apabila kamu ingin menambahnya seiring berjalannya waktu maka hal itu bisa kamu sesuaikan. Kan, mencetuskan resolusi tidak hanya harus di awal tahun?
-
Resolusi Saling Bertentangan
Bisa jadi, dalam daftar resolusimu ada yang saling bertentangan. Misalnya yang pertama adalah kamu ingin lebih menghemat banyak uang, namun resolusi kedua kamu memanjakan diri dengan adalah membeli barang baru yang memuaskan keinginan misalnya perabotan rumah tangga. Padahal kamu tidak butuh itu. Jadi pastikan kalau resolusi yang kamu buat saling melengkapi. Dengan begitu akan lebih mungkin untuk dicapai.
-
Tidak Benar-Benar Tahu ‘Kenapa’
Seringkali, resolusi yang kita buat cenderung menuntut, sesuatu yang kita rasa kita ‘harus’ melakukannya. Namun kita lebih fokus pada apa yang harus dilakukan daripada fokus pada apa untungnya bagi kita. Salah satu alasan kita gagal adalah karena kita tidak memahami alasan internal, kenapa kita menginginkannya? Apa itu resolusi yang benar-benar kamu ingin capai atau hanya sekedar agar terlihat keren dimata orang lain?
Jika kita tahu apa alasan kita membuat sebuah rencana, lebih memungkinkan bagi kita untuk menemukan cara yang menyenangkan dan memuaskan. Misalnya resolusi tahun baru adalah pergi ke gym. Kita perlu menggali lebih dalam dan bertanya pada diri sendiri, kenapa? Apakah karena kita ingin lebih sehat, ingin membentuk badan, atau hanya ikut-ikutan trend?
-
Belum Siap Berubah
Alasan gagalnya resolusi bisa jadi juga karena kita sebetulnya belum siap berubah. Menurut Terri Bly, ada yang dinamakan model tahapan perubahan yang perlu dilalui seseorang untuk berubah,
- Pra Kontemplasi: Kita mulai sadar bahwa mungkin ada sesuatu yang perlu diubah
- Kontemplasi: kita berpikir untuk membuat perubahan
- Persiapan: kita mulai menyusun rencana untuk membuat perubahan
- Tindakan: kita membuat perubahan
- Pemeliharaan: kita menentukan cara untuk mempertahankan perubahan
Bly berpendapat bahwa orang-orang yang berkomitmen pada resolusi tahun baru mereka, kemungkinan besar karena sudah berada di tahap tindakan saat membuat resolusi. sedangkan mereka yang gagal, belum ada di tahap tersebut.
5 Cara Agar Resolusi Tidak Gagal Lagi
-
Fokus Pada Melakukan, Bukan Menghindari
Penelitian menunjukkan kalau kita akan lebih mungkin mencapai tujuan yang spesifik untuk melakukan sesuatu daripada menghindari sesuatu.
Daripada kamu menetapkan seperti ‘kurangi mengeluh’ atau ‘jangan terlalu sering mengeluh’ lebih baik ‘lebih sering bersyukur’ atau ‘membuat daftar rasa syukur dan menuliskan tiga hal yang disyukuri setiap harinya’. -
Pahami Dulu Arti ‘Sukses’
Kalau dalam membuat resolusi, yang kamu bayangkan adalah proses yang hanya berisi hal-hal positif dan menyenangkan, kamu mungkin akan lengah.
“It is crucial to understand that achieving ‘big goals’ is going to involve a degree of grief and loss,” Britt Frank.
Selalu ada ‘harga’ yang harus dibayar dalam mencapai kesuksesan akan suatu hal. Harus ada yang dikorbankan entah itu kenyamanan, waktu, hubungan dan lainnya. Setiap pencapaian ada tantangannya masing-masing. Jadi sebelum menetapkan resolusi, pahami dulu kalau kamu akan menghadapi berbagai tantangan, dan kamu harus siap! Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa dilalui. -
Antisipasi Tantangan dan Fleksibel
Seperti yang telah dipaparkan, jalan menggapai resolusi memiliki berbagai tantangan. Kamu ingin berjalan kaki 1000 langkah sehari, namun cuaca yang terlalu panas atau dingin bisa membuat kamu malas berjalan, hanya ingin bersantai di depan TV. Kamu punya resolusi untuk lebih menghemat namun saat sedih kamu ingin sekali membeli banyak makanan untuk menghibur diri. Antisipasi dan berkomitmenlah pada tantangan anda, namun tetap fleksibel. Mungkin kamu bisa membeli sedikit makanan untuk menghibur diri namun keesokan harinya pengeluaran harus lebih sedikit dari hari-hari biasanya.
Baca Juga: Fleksibel dalam Bekerja, Terapkan 5 Tips Ini -
Jadikan Value Sebagai Motivasi
Value yang kamu pegang seperti kompas yang terus memberi info dan memandu sikap dan perlakuanmu. Value membantu kamu mengingat mengapa kamu menetapkan resolusi sejak awal.
Sabrina Romanoff, merekomendasikan agar kita menghindari tujuan seperti mencapai berat badan sekian. Namun lebih baik adalah menggunakan value dibalik tujuan tersebut misalnya ‘menjadi lebih sehat’. Dengan begitu, proses mewujudkannya akan menjadi lebih bermakna. -
Jadilah SMART
Nah, hal ini sangat penting untuk dipahami. Pasti kamu sering mendengarnya bukan? SMART kepanjangan dari Specific, Measurable, Attainable, Realistic, dan Timebound. Tetapkan resolusi yang SMART. Misalnya dalam tahun ini, tujuan kamu adalah menabung. Maka gunakan metode SMART seperti berikut ini,
4Specific (spesifik)
Tentukan berapa jumlah uang yang ingin kamu kumpulkan dalam setahun misalnya 48 juta.
-
Measurable (terukur)
Setelah kamu menentukan berapa jumlahnya, agar memudahkan kamu mengumpulkannya dalam setahun, coba hitung, berarti berapa banyak yang harus kamu kumpulkan setiap bulannya? Yap, paling tidak 4 juta. Atau kamu bisa juga membaginya dalam kurun waktu setiap 2 minggu, 2 bulan atau berapa pun.
-
Attainable (dapat dicapai)
Kami pikir menabung 48 juta per tahun itu masih masuk akal. Yang tidak masuk akal adalah ketika kamu punya resolusi lain seperti menabung 1 milyar sehari. Mungkin bisa saja namun hampir mustahil untuk dicapai.
-
Realistic (realistis)
Coba pikirkan juga, apakah ada kondisi dimana tidak memungkinkan bagimu untuk menabung 4 juta setiap bulannya? Apakah pendapatan kamu memungkinkan untuk mencapai resolusi tersebut? Kalau pendapatan kamu perbulannya misalkan 10 juta, mungkin-mungkin saja. Tapi jika pendapatan kamu perbulan hanya 3 juta, bagaimana bisa? Kecuali kalau kamu ingin menambah kran pemasukan dari pekerjaan sampingan.
Atau misalnya kamu adalah sandwich generation yang masih harus menanggung biaya hidup orang tua bahkan adikmu. Kamu perlu mempertimbangkan hal lainnya.
-
Time Bound
Tentukan kapan anda ingin mencapainya? Apakah persis di akhir tahun? Tanggal berapa setiap bulannya kamu ingin menabung?
Pastikan kamu sudah menerapkan metode SMART dalam resolusimu ya. Dibarengi dengan 4 hal lainnya yang telah disebutkan diatas, agar resolusi kamu tidak gagal lagi dan tidak hanya sekedar wacana!
Referensi
The Psychology Behind Why New Year’s Resolutions Fail (verywellmind.com)